REPUBLIKA.CO.ID,PEKALONGAN--Burung "Trulek Jawa" (Vanellus Macroterus) di kawasan hutan Petungkriono, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, saat ini terancam punah karena terdesak kebutuhan lahan konservasi di daerah itu, kata Ketua Komunity Forestry (KF) Kabupaten Pekalongan, Thomas Adi.
"Jumlah burung 'Trulek Jawa', satu spesies burung endemik di hutan Petungkriono, kini dalam status kritis, terancam punah. Bahkan dari hasil pengamatan kami menyimpulkan spesies 'Trulek Jawa' diduga sudah punah," katanya di Pekalongan, Kamis.
Ia mengatakan, populasi fauna endemik itu di Kecamatan Petungkriyono terus mengalami penurunan secara signifikan. Pada 2001, katanya, burung itu masih terlihat, tetapi saat ini sulit dijumpai di kawasan hutan setempat.
Ia mengatakan, jenis burung yang masih tersisa di hutan setempat adalah "Julang Emas" dengan kicauan seperti anjing menyalak. "Keberadaan burung ini juga tersisa beberapa ekor saja di hutan Sawangan, Petungkriono. Selain di Petungkriono, burung itu juga ada di Ungaran, Jawa Tengah, Jember, Jawa Timur, dan Pegunungan Halimun Jawa Barat," katanya.
Ia mengatakan, satwa lain di hutan setempat yang populasinya makin mekurang adalah macan tutul (Panthera Pardus) dan primata endemik yakni Owa Jawa (Hylobates Moloch). "Kedua satwa itu juga terancam punah akibat perburuan liar yang dilakukan warga di sekitar hutan," katanya.
Berdasarkan hasil identifikasi "lacak jejak" dan "lacak bekas" pada 2001- 2002, katanya, populasi macan tutul yang semula diperkirakan mencapai 32 ekor, saat ini kemungkinan tersisa 18 ekor.
"Berkurangnya populasi macan tutul itu cukup memrihatinkan sehingga kami berharap pihak Balai Konservasi Sumber Daya Alam bisa melakukan koordinasi untuk pengamanan satwa-satwa langka itu," katanya.
Source: Republika.
"Jumlah burung 'Trulek Jawa', satu spesies burung endemik di hutan Petungkriono, kini dalam status kritis, terancam punah. Bahkan dari hasil pengamatan kami menyimpulkan spesies 'Trulek Jawa' diduga sudah punah," katanya di Pekalongan, Kamis.
Ia mengatakan, populasi fauna endemik itu di Kecamatan Petungkriyono terus mengalami penurunan secara signifikan. Pada 2001, katanya, burung itu masih terlihat, tetapi saat ini sulit dijumpai di kawasan hutan setempat.
Ia mengatakan, jenis burung yang masih tersisa di hutan setempat adalah "Julang Emas" dengan kicauan seperti anjing menyalak. "Keberadaan burung ini juga tersisa beberapa ekor saja di hutan Sawangan, Petungkriono. Selain di Petungkriono, burung itu juga ada di Ungaran, Jawa Tengah, Jember, Jawa Timur, dan Pegunungan Halimun Jawa Barat," katanya.
Ia mengatakan, satwa lain di hutan setempat yang populasinya makin mekurang adalah macan tutul (Panthera Pardus) dan primata endemik yakni Owa Jawa (Hylobates Moloch). "Kedua satwa itu juga terancam punah akibat perburuan liar yang dilakukan warga di sekitar hutan," katanya.
Berdasarkan hasil identifikasi "lacak jejak" dan "lacak bekas" pada 2001- 2002, katanya, populasi macan tutul yang semula diperkirakan mencapai 32 ekor, saat ini kemungkinan tersisa 18 ekor.
"Berkurangnya populasi macan tutul itu cukup memrihatinkan sehingga kami berharap pihak Balai Konservasi Sumber Daya Alam bisa melakukan koordinasi untuk pengamanan satwa-satwa langka itu," katanya.
Source: Republika.
No comments:
Post a Comment