‘Atap Jawa Barat’, sebuah julukan dari Gunung Ciremai yang memiliki puncak di ketinggian 3.078 mdpl. Gunung yang berada di perbatasan antara Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Kuningan ini termasuk ke dalam Kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai dan kaya akan keanekaragaman flora dan fauna khas.
Sebagaimana diketahui, taman nasional sebagaimana tercantum dalam Keputusan Menteri Kehutanan RI No. 687/KPTS/-II/1989 adalah kawasan pelestarian alam yang dikelola dengan sistem zonasi yang terdiri dari zona inti dan atau zona-zona lain yang dimanfaatkan untuk tujuan ilmu pengetahuan, pariwisata dan rekreasi.
Terdapat 5 jalur yang bisa dilewati untuk sampai ke puncak, yaitu Jalur Linggarjati, Jalur Linggasana, Jalur Apuy, Jalur Palutungan dan Jalur Trisakti Sadarehe. Jalur Trisakti Sadarehe merupakan jalur yang baru diresmikan pada 25 Agustus 2022, dan tidak kalah bagusnya dengan jalur-jalur Gunung Ciremai lainnya. Salah satu daya tarik yang dimiliki jalur ini adalah hamparan edelweiss di sekitaran Padang savana yang berada di pos 8.
Pendakian via Trisakti Sadarehe dapat dimulai dari Balai Badak Dua, Desa Payung, Kecamatan Rajagaluh, Kabupaten Majalengka. Kami menempuh sekitar 3 jam perjalanan dari kampus Universitas Padjadjaran Jatinangor menuju Balai Badak Dua ini dengan menggunakan sepeda motor, melalui jalur Sumedang-Majalengka.
Registrasi Jalur Trisakti Sadarehe dilakukan di Balai Badak Dua ini dan terdapat 2 pilihan paket Simaksi. Pilihan pertama, dengan membayar Rp95.000 sudah mendapatkan cek kesehatan, asuransi dan sertifikat. Sedangkan pilihan kedua, hanya dengan menambah Rp50.000 saja akan mendapat makan sebelum dan sesudah pendakian. Apabila sampai di Badak Dua pada malam hari, diperbolehkan untuk menginap di sini tanpa dikenakan biaya.
Menuju ke basecamp atau yang biasa disebut Kebon Raja dapat ditempuh menggunakan sepeda motor yang nantinya dapat dititipkan di rumah warga di perkampungan terakhir sebelum basecamp dengan tarif 10.000/motor. Setelah itu, dapat dilanjutkan dengan berjalan kaki kurang lebih selama 1 jam menuju basecamp. Jangan khawatir jika tidak membawa sepeda motor, sebab pos registrasi menawarkan jasa angkutan menuju basecamp dengan tarif Rp60.000/orang untuk pulang pergi. Sebagai catatan, sumber air di Gunung Ciremai ini hanya ditemukan di basecamp saja.
Perjalanan menuju Pos 1 (Lawang Gede) melewati trek yang masih landai dengan jalan penuh debu yang dikelilingi ilalang. Trek mulai menanjak ketika memasuki kawasan hutan. Sementara itu, jalur menuju Pos 2 (Tegal Jamuju) vegetasinya lebat dan cukup landai, dapat ditempuh dalam waktu 1 jam. Memasuki Pos 3 (Kayu Manis), treknya sudah mulai cukup terjal, dengan waktu tempuh 1 jam. Keunikan dari jalur Trisakti Sadarehe ini, di ketiga pos tadi terdapat tempat duduk yang jarang ditemui di gunung lainnya.
Pos 4 (Pengorbanan Cinta) dapat ditempuh dalam waktu kurang dari 1 jam karena jalurnya yang landai. Namun, harus tetap berhati-hati karena terdapat jurang yang sangat dalam, di kiri maupun kanan jalan. Menuju pos 5 (Buyut Ketug), sudah mulai terlihat banyak flora fauna yang dapat menghibur para pendaki di tengah-tengah menempuh trek yang mulai menanjak curam. Jarak antara Pos 4 dan Pos 5 lebih panjang daripada pos sebelumnya, dengan waktu tempuh lebih dari 1 jam.
Trek menuju Pos 6 (Sumber Hirup) tidak kalah curamnya dengan Pos 5. Jarak antar pohon sudah mulai merenggang, walaupun masih belum terbuka. Jika waktu, fisik, dan keadaan tidak memungkinkan untuk melanjutkan perjalanan, Pos 6 dapat dijadikan tempat untuk camp karena wilayahnya yang cukup luas. Selain itu, terdapat ‘saung’ yang dapat dijadikan tempat istirahat sementara, dan ada pula tenda ranger yang stand by di sana.
Pendakian dapat dilanjutkan keesokan harinya untuk summit, tentunya dengan membawa beberapa logistik yang diperlukan. Menuju Pos 7 (Tanjakan Cita-Cita), trek mulai berdebu, tapi selebihnya kondisi trek sama dengan saat menuju Pos 6. Perjalanan ke Pos 7 ditempuh kurang lebih selama 1 jam. Saat mencapai Pos 7, trek berubah menjadi ekstrem, yaitu tanjakan curam yang tertutup debu dengan ketebalan sekitar 3 cm. Sepanjang jalan dari Pos 7 hingga puncak dipenuhi oleh bunga edelweiss. Di sini lautan awan sudah mulai terlihat. Tanjakan Cita-Cita ini terasa sangat panjang dan menyulitkan, tetapi di sepanjang jalur sudah tersedia tali yang dapat membantu pendaki saat naik maupun turun.
Setelah melewati Tanjakan Cita-Cita, trek berubah menjadi landai yang menjadi pertanda bahwa Pos 8 sudah dekat. Pos 8 atau Pos Kawah Burung inilah yang menjadi pembeda Jalur Trisakti Sadarehe dengan jalur pendakian lain. Pos ini sangat cocok dijadikan tempat camp karena merupakan hamparan savana yang luas. Saat kami tiba, di sini terdapat tenda ranger yang sudah berdiri dan banyak tenda para pendaki lain.
Trek dari Pos 8 ke puncak cukup jauh dan bervariasi. Trek ini dapat ditempuh dalam waktu 90 menit dengan diawali tanjakan, lalu trek landai dengan kanan kiri jurang sangat dalam. Selanjutnya, akan melewati kawasan hutan mati dengan tanjakan curam.
Semakin dekat dengan puncak, jalan yang dilalui kondisinya dipenuhi oleh kerikil. Sesampainya di puncak, pandangan mata akan langsung disuguhi pemandangan hamparan lautan awan yang indah terhampar dan dapat dilihat ke arah mana saja mengarahkan pandangan. Namun, tetap harus berhati-hati karena hanya sedikit ruang dataran di puncak Gunung Ciremai via Trisakti Sadarehe ini, sehingga cukup sempit, juga terdapat kawah di tengah Gunung.
Sayangnya, tidak boleh berlama-lama di puncak karena bau belerang sudah mulai menyengat yang menjadi pertanda untuk segera turun. Perjalanan turun menuju Camp harus berhati-hati dan dianjurkan untuk menggunakan pelindung untuk menutupi wajah karena ketika turun akan membuat debu beterbangan yang dapat mengganggu kesehatan.
Penulis: Fatih, Zaki, Lulu
(Tim PNRA UKL HG XXXVI)
21-22 Agustus 2023
Editor: yzk
No comments:
Post a Comment